"Di dalam penjara Yohanes mendengar tentang pekerjaan Kristus, lalu menyuruh murid-muridnya bertanya kepada-Nya: "Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan orang lain?" "- Matius 11:2-3
Itulah sepenggal ayat Alkitab yang selalu terpikirkan selamat masa Natal tahun ini. Saya dapatkam ayat ini dari kotbah pada masa Minggu Adven, dimana penjelasan dari Pendeta tentang ayat ini membuat saya terus mengingat bagian ini.
Beliau menjabarkan konteksnya, dimana Yohanes Pembaptis, seseorang yang terbiasa hidup bebas dan telah mempersiapkan jalan bagi Tuhan, harus berakhir di penjara karena keberaniannya menegur penguasa saat itu, Herodes. Dapat dibayangkan betapa stressnya Yohanes pada saat itu. Dapat disimpulkan bahwa pertanyaan dalam Matius 11:3 merupakan sisi keraguan Yohanes sebagai manusia apa Yesus benar benar harapan atas penderitaan yang ia alami?
Di sisi lain, kembali ke masa saat menjelang kelahiran Yesus. Di mana saat itu, Maria harus menanggung beban berat dimana ia mengandung Juruselamat saat Yusuf masih belum menjadi suaminya. Pada masa itu apabila wanita yang mengandung
di luar perkawinan, maka akan mendapat hukuman sesuai Taurat, yaitu rajam.
Dan akhirnya respon Maria atas pergumulan tersebut adalah:
"Kata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." Lalu malaikat itu meninggalkan dia." - Lukas 1:38
Teorinya saya harus berserah seperti Maria dan gigih seperti Yohanes pembaptis tetapi....
"Tidak semudah itu Fergusso!" kata pergumulan terhadap penulis
Tidak semudah itu saya mengucapkan apa yang dikatakan oleh Maria. Bahkan kecenderungan saya ialah mencari jalan sendiri dalam pergumulan tersebut tanpa melibatkan Tuhan.
Tahun-tahun sebelumnya, saya sudah mengetaui bahwa jalan kehidupan bersama Tuhan tidaklah mudah. Dan di tahun 2019 ini, saya sendiri yang mengalami apa yang dimaksud dengan "tidaklah mudah". Banyak gejolak dalam diri saya baik di dalam maupun luar.
Makin dewasa, Tuhan makin karuniakan rasionalitas dalam pikiran. Akan tetapi, kecenderungan untuk lebih menggunakan rasionalitas pikiran dalam menghadapi pergumulan membuat lupa untuk berserah akan hal-hal yang tidak bisa dikontrol ke dalam tanganNya, yang sanggup mengerjakan hal-hal yang mustahil.
Saya pun juga lupa, bahwa kehendakNya lah yang harus terjadi dalam diri saya. Ini adalah hal sulit, karena manusia mempunyai kehendak bebas atas pilihan jalan hidup
Sulit, ya sulit bagi saya ketika masalah datang dan prasangka buruk saya terjadi, untuk menjadikan Tuhan harapan dan terkadang pertanyaan saya adalah
" Tuhan, mengapa ini terjadi? Apa memang aku harus berharap kepadaMu?"
Jika mau di detailkan lagi permasalahannya, terlalu kompleks untuk diceritakan dalam tulisan sederhana ini. Tapi inti pembelajaran yang saya dapat adalah:
Tuhan selalu hadir untuk mendampingi saya menghadapi setiap permasalahan, dan cara Dia dalam membantu saya menghadapi masalah tersebut tidak dapat saya mengerti sepenuhnya.
Tak ayal, karena banyak hal yang terjadi, saya pun hampir kehilangan sukacita sebagai pengikut Tuhan, bahkan untuk Natal yang sering dikatakan "Season of Joy" ini. Tapi, Tuhan tidak pernah berpangku tangan atas hal tersebut. Sukacita terus Ia berikan setiap saat ketika saya butuhkan, entah melalui teman atau bahkan bisa saat out of nowhere.
Ya, saya pun terus berusaha untuk ingat, untuk berinvestasi harapan dan berserah pada Tuhan, yang berkuasa atas surga, kehidupan dan kematian.
Sekian kesaksian dari penulis dan akhir kata
Merry Christmas and lets face the new decade soon
No comments:
Post a Comment